Hey Guys! masih inget dengan postingan ane yang sebelumnya kan? nah gak usah banyak cincong ini nih tumbuhan kece asli indonesia part 2! cekidot
1. Diospyros celebica (Kayu hitam sulawesi)
Kayu-hitam Sulawesi adalah sejenis pohon penghasil kayu
mahal dari suku eboni-ebonian (Ebenaceae). Nama ilmiahnya
adalah Diospyros celebica, yakni diturunkan dari kata
"celebes" (Sulawesi), dan merupakan tumbuhan endemik daerah itu.
Pohon,
batang lurus dan tegak dengan tinggi sampai dengan 40 m.
Diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1 m, sering dengan banir
(akar papan) besar. Kulit batangnya beralur, mengelupas kecil-kecil dan
berwarna coklat hitam. Pepagannya berwarna coklat
muda dan di bagian dalamnya berwarna putih kekuning-kuningan.
Daun
tunggal, tersusun berseling, berbentuk jorong memanjang, dengan ujung
meruncing, permukaan atasnya mengkilap, seperti kulit dan berwarna hijau tua,
permukaan bawahnya berbulu dan berwarna hijau abu-abu.
Bunganya
mengelompok pada ketiak
daun, berwarna putih. Buahnya bulat telur, berbulu dan berwarna merah
kuning
sampai coklat bila tua. Daging buahnya yang berwarna keputihan kerap
dimakan monyet, bajing atau kelelawar; yang dengan demikian bertindak
sebagai
agen pemencar biji. Bijinya berbentuk seperti baji yang
memanjang, coklat kehitaman.
2. Magnifera kasturi (Mangga kasturi)
Mangga kasturi atau
Mangifera casturi merupakan buah
mangga spesifik Kalimantan Selatan. Pohon mangga kasturi bisa
mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang ± 40 – 115 cm. Kulit kayu
berwarna putih keabu-abuan sampai coklat terang, kadangkala terdapat retakan
atau celah kecil ± 1 cm berupa kulit kayu mati dan mirip dengan
Mangifera
indica. Daun bertangkai, berbentuk lanset memanjang dengan ujung
runcing dan pada kedua belah sisi tulang daun tengah terdapat 12 – 25 tulang
daun samping. Daun muda menggantung lemas dan berwarna ungu tua.
Bunga majemuk berkelamin ganda dengan bentuk bunga rasemos dan kerapkali
berambut rapat. Panjang tangkai bunga ± 28 cm dengan anak tangkai sangat
pendek, yaitu 2 – 4 mm. Daun kelopak bulat telur memanjang dengan panjang
2 – 3 mm. Daun mahkota bulat telur memanjang dan bunga berbau harum.
Benang sari sama panjang dengan mahkota, staminodia sangat pendek dan
seperti benang sari yang tertancap pada tonjolan dasar bunga.
Buah berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan berat kurang
dari 80 gram, daging buah kuning atau oranye dan berserabut. Biji batu dengan
dinding yang tebal. Mangga ini berbuah pada awal musim hujan atau sekitar bulan
Januari.
3. P. Ornatum (Sirih Merah)
Sirih merah adalah tumbuhan merambat yang
ditanam orang karena khasiat pengobatan dan juga keindahan daunnya.
Tumbuhan ini masih berkerabat dekat dengan sirih maupun lada. Nama
ilmiah tumbuhan asal Sulawesi ini adalah Piper ornatum, namun beberapa pustaka mengacaukannya dengan Piper crocatum, tumbuhan yang tidak dibudidayakan yang berasal dari benua Amerika. Dan sirih merah juga dapat digunakan sebagai obat diabetes
militus, hepatitis, asam urat, batu ginjal, menurunkan kolestrol,
mencegah strok, keputihan, radang prostat, radang mata, maag, kelelahan,
nyeri sendi, dan memperhalus kulit.
4. S. album (Cendana)
Cendana, atau
cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan
minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah,
bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta
sangkur keris (
warangka).
Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka
kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9.
Di Indonesia,
kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau
Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa
dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya.
Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena
perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat
inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Kayu cendana wangi (
Santalum album) kini sangat langka dan harganya
sangat mahal. Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya
dianggap yang paling bagus kualitasnya. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat
dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan
kayu cendana jenggi (
Santalum
spicatum). Kedua jenis kayu ini berbeda konsentrasi bahan kimia yang
dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.
Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih
dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam
bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan
untuk menghilangkan rasa cemas.
5. Rafflesia arnoldii (Padma Raksasa)
Padma raksasa (bahasa Latin:
Rafflesia arnoldii)
adalah tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga
berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia
tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana)
Tetrastigma dan
tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga
raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada
tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat
Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu
dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia
atau Bumi Rafflesia. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph
Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold
sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas
Stamford Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari
gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan
Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga. Tumbuhan ini endemik di Pulau
Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera
Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi
utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus
Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis padma parasit,
Rafflesia padma.
Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak
bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter
dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan
organik dari tanaman inang
Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat
Tetrastigma.
Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang
terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti
piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis
kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat
yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya
berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati.
Persentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina
sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada
lalat yang datang membuahi.
6. Sterculia foetida (Kepuh)
Kepuh atau
kelumpang (
Sterculia foetida) adalah sejenis
pohon kerabat jauh kapuk randu. Tinggi dengan batang besar menjulang,
pohon ini kerap didapati di hutan-hutan pantai. Di Bali dan juga di Jawa, pohon yang lekas
tumbuh ini banyak ditemukan di pemakaman.
Nama-nama lainnya, di antaranya
halumpang (Bat.);
kĕpoh, kolèangka (Sd.);
kepuh, kepoh, jangkang (Jw.);
jhangkang,
kekompang (Md.);
kepuh, kepah, kekepahan (Bal.);
kepoh, kelompang, kapaka, wuka, wukak (bahasa-bahasa di NTT);
bungoro, kalumpang (Mak.);
alumpang, alupang, kalupa (Bug.);
kailupa furu, kailupa buru (Maluku
Utara); dan lain-lain. Juga
disebut sebagai
kabu-kabu,
kalupat,
lepong,
kelumpang
jari.
Nama marganya
diambil dari
Sterculius atau
Sterquilinus, yakni nama dewa pupuk
pada mitologi Romawi.
Bersama dengan nama spesiesnya,
foetida (artinya, berbau keras, busuk),
nama ilmiahnya merujuk pada bau tak enak yang dikeluarkan oleh pohon ini,
terutama dari bunganya.
Pohon besar yang
menggugurkan daun, berumah-dua, tumbuh hingga setinggi 40 m dan gemang batang
3 m. Cabang-cabang tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang
lebih sama, bertingkat-tingkat. Daun-daun majemuk menjari, bertangkai 12,5–23 cm,
berkumpul di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7-9, jorong lonjong dengan
ujung dan pangkal meruncing, panjang 10–17 cm.
Bunga majemuk dalam
malai dekat ujung ranting, panjang 10–15 cm, hijau atau ungu pudar; dengan
kelopak yang berbagi-5 laksana mahkota, taju hingga 1,3 cm, berwarna jingga. Buah bumbung
besar, lonjong gemuk, 7,6–9 x 5 cm; berkulit tebal, merah terang, akhirnya
mengayu; berkumpul dalam karangan berbentuk bintang. Biji 10-15 butir per
buah, kehitaman, melekat dengan aril berwarna kuning, 1,5–1,8 cm panjangnya.
7. Terminalia catappa (Ketapang)
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah
nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk
indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman
dan tepi jalan. Selain nama ketapang dengan pelbagai variasi dialeknya (misalnya
Bat.: hatapang; Nias: katafa; Mink.: katapiĕng;
Teupah: lahapang; Tim.:
ketapas; Bug.: atapang;
dll.), pohon ini juga memiliki banyak sebutan seperti talisei, tarisei,
salrisé (Sulut); tiliso,
tiliho, ngusu (Maluku Utara); sarisa,
sirisa, sirisal, sarisalo (Mal.); lisa (Rote);
kalis, kris (Papua Barat); dan
sebagainya.
Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal dengan
nama-nama Bengal almond, Indian almond, Malabar almond, Singapore
almond, Tropical almond, Sea almond, Beach almond, Talisay
tree, Umbrella tree, dan lain-lain.
Pohon
besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1,5
m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan
bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali
berbanir
(akar papan), tingginya bisa hingga 3 m.
Daun-daun
tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau
hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan
pangkal yang menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan
ibu tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut
halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok.
Bunga-bunga
berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm,
hijau kuning. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak
bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putih atau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun
lima-lima. Buah batu bulat telur gepeng, bersegi atau
bersayap sempit, 2,5–7 x 4–5,5 cm, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika
masak.